Silsilah Raja-Raja Di Kerajaan Kediri Dari Awal Hingga Masa Keruntuhan “Terlengkap”

Posted on

Silsilah Raja-Raja Di Kerajaan Kediri Terlengkap

Raja raja di Kediri – Kerajaan Kediri merupakan satu satunya dari beberapa kerajaan terbesar yang berpengaruh di nusantara. Kerajaan Kediri ataupun sering disebut sebagai Kerajaan Kadiri muncul di nusantara sejak tahun 1045 M hingga tahun 1222 M.

Selama 177 tahun masa kekuasaannya, Kerajaan Kediri sangat memberikan warna peradaban di nusantara dan kemudian bernama Indonesia ini. Pada masa keemasannya, pada Kerajaan Kediri mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup luas.

Kerajaan Kediri termasyhur ini pernah diperintah oleh 8 raja dari awal berdirinya hingga masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang sudah pernah memerintah kerajaan ini sanggup membawa Kerajaan Kediri pada masa keemasan yaitu Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal sampai saat ini.

Pada masa pemerintahan dari Sri Jayabhaya, Kerajaan ini mencakup seluruh wilayah Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan hingga mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Daftar urutan raja di Kediri :

1. Raja Sri Jayawarsa

Hanya bisa diketahui dari prasasti Sirah Keting (tahun1104 M). Pada masa pemerintahannya oleh Raja Jayawarsa memberikan hadiah pada rakyat desa sebagai tanda penghargaan, sebab rakyat telah berjasa pada Raja. Dari prasasti tersebut diketahui Raja Jayawarsa perhatiannya sangat besar kepada rakyat dan berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

2. Raja Bameswara (1117M)

Banyak meninggalkan sebuah Prasasti seperti yang ditemukan didaerah Tulung Agung dan juga Kertosono. Prasasti seperti ini yang ditemukan lebih banyak memuat masalah-masalah tentang keagamaan sehigga sangat baik mengatahui kondisi pemerintahannya.

3. Raja Jayabaya (1135-1157M)

Kerajaan Kediri ini mengalami masa keemasan saat diperintah oleh Prabu Jayabaya. Sukses gemilang dari Kerajaan kediri didukung oleh tampilan cendekiawan terkemuka seorang Empu Sedah, Panuluh, Darmaja, Triguna dan juga Manoguna. Mereka ialah jalma sulaksana, seorang manusia paripurna yang telah memperoleh derajat oboring di jagad raya. Di bawah kepemimpinan dari Prabu Jayabaya, Kerajaan kediri mencapai puncak peradaban dengan pembuktian lahirnya kitab-kitab hukum dan kenegaraan sebagaimana menghimpun dalam kakawin Baratayuda, Gathutkacasraya, dan juga Hariwangsa yang sampai saat ini merupakan warisan ruhani bermutu tinggi.

Strategi dari kepemimpinan Prabu Jayabaya di dalam memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan (Gonda, 1925 : 111). Kerajaan beribukota di Dahono Puro di bawah kaki Gunung Kelud ini tanahnya sangat subur, sehingga berbagai tanaman tumbuh menghijau. Pertanian dan perkebunan hasilnya sangat berlimpah ruah.
Di tengah kota membelah sebuah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan juga banyak beragam ikan yang hidup, sehingga makanan berprotein serta bergizi selalu tercukupi. Hasil bumi itu lalu diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu dan menelusuri sungai. Roda perekonomian telah berjalan lancar sehingga kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang “gemah ripah loh jinawi tata tentrem karta raharja.”

Prabu Jayabaya memerintah selama 1130 – 1157 M. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya tentang hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Di samping sebagai seorang raja besar. Raja Jayabaya juga dikenal sebagai ahli nujum atau ahli ramal. Ramalan-ramalannya terkumpul dalam sebuah kitab Jongko Joyoboyo. Dalam ramalannya, Raja Jayabaya telah menyebutkan beberapa hal seperti ratu adil nanti yang akan datang memerintah di Indonesia.

4. Raja Sri Saweswara dalam prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161)

Sebagai raja yang taat agama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh dengan prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, , dikaulah (semuanya) itu , semua makhluk ialah engkau. Tujuan hidup manusia menurut dari prabu Sarwaswera yang terakhir ialah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan menuju benar ialah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, dan segala sesuatu yang menghalangi kesatuan ialah tidak benar.

5. Raja Sri Aryeswara (dalam prasasti Angin (1171)

Sri Aryeswara ialah raja Kadiri yang memerintah kurang lebih tahun 1171. Nama gelar abhisekanya adalah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Tidak diketahui secara pasti kapan Sri Aryeswara telah naik tahta. Peninggalan sejarahnya yaitu berupa prasasti Angin, 23 maret 1171. Lambang kerajaan Kadiri saat itu ialah Ganesha. Tidak diketahui juga kapan pemerintahannya berakhir. Raja Kadiri selanjutnya berdasarkan dengan prasasti Jaring adalah Sri Gandra.

6. Raja Sri Gandra

Masa pemerintahan dari Raja Gandra (1181 M) dapat diketahui dari sebuah Prasasti Jaring, yakni tentang penggunaan nama hewan untuk kepangkatan seperti nama gajah, kebo dan juga tikus. Nama-nama tersebut sebagai petunjuk tinggi rendahnya pangkat dari seseorang dalam istana.

7. Raja Sri Kameswara (dalam prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana)

Pada masa pemerintahan dari Raja Kameswara (1182-1185 M), seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat. Di antaranya adalah Empu Dharmaja mengarang Smaradhana. Bahkan masa pernerintahannya juga terkenal cerita-cerita panji antara lain cerita Panji Semirang.

8. Raja Sri Kertajaya (1190-1222 M) ( dalam prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), dan prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, serta Pararaton.)

Merupakan raja terakhir Kerajaan Kediri. Raja Kertajaya juga terkenal dengan sebutan Dandang Gendis. Selama masa pemerintahannya, kestabilan dari kerajaan menurun. Hal ini disebabkan karena Raja Kertajaya memiliki maksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Kondisi ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana pada Kerajaan Kediri menjadi semakin tidak aman.

Kaum Brahmana yang lari banyak dan minta bantuan ke Tumapel pada saat itu diperintah oleh Ken Arok. Mengetahui hal ini, Raja Kertajaya lalu mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu telah bertemu di dekat Ganter (1222 M). Dalam pertempuran tersebut pasukan dari Kediri berhasil dihancurkan. Dan Raja Kertajaya berhasil meloloskan diri (tapi nasibnya tidak diketahui secara pasti). Sehingga Kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan telah menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Tumapel.

Hal ini membuktikan bahwa berbagai peninggalan sejarah yang telah direkonstruksikan dan diberitahukan kepada pembaca sekarang, pada zaman dahulu kerajaan Kediri telah muncul raja raja di Kediri yang sangat luar biasa. Kerajaan Kediri pada waktu itu merupakan kerajaan yang mandiri dan juga makmur. Keberadapan kerajaan Kediri merupakan sebuah contoh bukti eksistensi dan kemakmuan dari salah satu kerajaan di Jawa Timur.

Baca juga:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *