Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan)

Posted on

Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan Kerajaan Islam di Indonesia

Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia menyebabkan berdirinya beberapa kerajaan Islam. Dan beberapa kerajaan yang ada, kita dapat menggambarkan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia.

Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Samudra Pasai

Samudra Pasai yang terletak di dekat Muara Sungai Peusangan di pesisir timur laut Aceh, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, dengan Sultan Malik Al Saleh sebagai kepala negaranya.

Samudra Pasai cepat berkembang karena letaknya yang sangat strategis sehingga terjalin hubungan dagang yang baik dengan India, Benggala, Gujarat, Arab, dan Cina. Berkat kemajuan dalam perdagangan, samudra Pasai menjadi kerajaan yang makmur dan memiliki pertahanan yang kuat, serta luas daerah kekuasaannya.

Pada tahun 1350, Samudra Pasai diserang oleh Majapahit yang iri karena kedekatan Samudra Pasai dengan Kesultanan Delhi. penyerangan ini mengakibatkan kemunduran Kerajaan Samudra Pasai yang semakin lama semakin lemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh kerajaan Aceh.

Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera. Semula Aceh merupakan daerah taklukan Kerajaan Pedir. Jatuhnya Malaka dan Pasai ke tangan Portugis, mengakibatkan para pedagang di Selat Malaka mengalihkan kegiatannya ke Pelabuhan Aceh.

Aceh akhirnya berkembang pesat, dan setelah kuat kemudian melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir dan berdiri sebagai wilayah yang merdeka. Sultan pertama sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Au Mughayat Syah (1514-1528).

Aceh mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Aceh berusaha menguasai kembali daerah-daerah yang dulu di bawah pengaruhnya dan telah direbut Portugis.

Bahkan Aceh dapat menaklukkan Deli, Johor, Bontan, Pahang, Kedah, Perak, Nias hingga tahun 1625. Daerah sepanjang pantai barat Pulau Sumatera dapat dikuasai pula, seperti Indrapura. Silebar, Tiku, Salida, dan Pariaman.

Sejak Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran yang akhirnya menyebabkan keruntuhan Aceh. Namun, Aceh masih memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.

Kerajaan Demak

Majapahit mengalami keruntuhan pada tahun 1478. Pada tahun 1500, Raden Patah yang keturunan Raja Brawijaya V. seorang Adipati Demak yang beragama Islam telah melepaskan diri dan kekuasaan Majapahit.

Kemudian dengan bantuan para wali, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, dan dinobatkan sebagai Sultan Demak pertama, dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdur’rahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Demak menjadi kerajaan maritim, dan Raden Patah berhasil membuat Jepara dan Semarang menjadi pelabuhan transit yang menghubungkan Indonesia bagian timur sebagai

aerah penghasil rempah-rempah, dengan Malaka sebagai daerah pemasaran Indonesia bagian barat.

Keruntuhan Kerajaan Demak diawali dengan wafatanya Sultan Trenggana pada tahun 1546, karena terjadi perebutan tahta kerajaan. Aria Penangsang, berhasil membunuh Prawata (putra Sultan Trenggana) yang merasa lebih berhak atas tahta kerajaan.

Aria Penangsang sendiri berhasil dibunuh oleh Hadiwijaya, Adipati Pajang dan menantu Sultan Trenggana. Kemudian pusat pemerintahan Demak beserta alat kebesarannya dipindahkan ke Pajang pada tahun 1568. Sejak saat itu tamatlah riwayat Kerajaan Demak dan berdirilah Kerajaan Pajang.

Kerajaan Pajang

Setelah Hadiwijaya menduduki tahta Kerajaan Pajang, segera menghadiahkan daerah Kotagede Yogyakarta dan mengangkat Ki Ageng Pemanahan menjadi adipati di situ. saat Ki Ageng Pemanahan meninggal, jabatan Adipati digantikan oleh anaknya, Sutawijaya.

Sementara itu Adipati Demak diserahkan kepada Pangeran Aria Pangiri. Sutawijaya yang menjadi adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi raja dan berkuasa atas seluruh Pulau Jawa.

Sultan Hadiwijaya wafat pada tahun 1582, kedudukan digantikan putranya, Pangeran Benowo. Saat Pangeran Benowo berkuasa, Aria Pangiri berusaha merebut kekuasaan di Pajang, namun dapat digagalkan atas bantuan Sutawijaya.

Pangeran Benowo memang tidak sanggup menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan Pajang, oleh karenanya ia menyerahkan tahta kerajaan kepada Sutawijaya. Oleh Sutawijaya, Kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram pada tahun 1586. Berakhirlah riwayat Pajang, dan berdiri Kerajaan Mataram yang bercorak Islam di Yogyakarta.

Kerajaan Mataram Islam

Setelah naik tahta kerajaan pada tahun 1586, Sutawijaya bergelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram yang didirikan Sutawijaya merupakan Kerajaan Mataram kedua yang kini bercorak Islam, sementara yang pertama dulu bercorak Hindu. Namun letak Mataram Islam berada di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu.

Sementara itu, Pajang yang dahulu menjadi pusat kerajaan, masuk menjadi wilayah kekuasaan Mataram Islam, dan Pangeran Benowo sebagai Adipati Pajang.

Setelah Panembahan Senapati, berturut-turut yang menggantikan kedudukan Sultan Mataram adalah Mas Jolang atau Pangeran Seda Krapyak (1601-1613), Mas Rangsang atau Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing Alaga Ngabdurrahman Kalifatullah, (1613-1645)

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dimakamkan di Imogiri. Semua raja keturunan Sultan Agung, baik dan Yogyakarta maupun dan Surakarta, juga dimakamkan di Imogiri. Setelah Sultan Agung wafat, Mataram Islam mengalami kemunduran.

Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon didirikan oleh Faletehan atau Fatahilah. yaitu seorang penyebar .agama Islam, ahli perang, politikus, dan negarawan, yang sebelumnya mengabdi pada Kerajaan Demak.

Pemerintahan Fatahilah tidak berlangsung lama. karena beliau lebih menekuni bidang agama. Tahta diserahkan kepada cucunya Panembahan Ratu.

Pada tahun 1570. Fatahilah wafat dan dimakamkan di Desa Gunung Jati, Cirebon. Oleh sebab itu, beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa, yaitu di sebelah selatan wilayah Banten sekarang. Semula Banten di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, namun akhirnya berhasil direbut Fatahilah atas perintah Sultan Trenggana dan Demak. Sejak saat itu Islam berkembang dengan pesat.

Banten muncul sebagai kerajaan merdeka setelah melepaskan diri dan Demak, dengan rajanya yang pertama Sultan Hasanuddin (1551-1570), yaitu putra tertua Fatahilah.

Raja-raja Banten setelah Sultan Hasanuddin adalah Sultan Yusuf (1570-1580), Maulana Muhammad (1580-1596), dan Abdulmufakir (1596-1640). Selanjutnya Banten surut, dan baru mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Kerajaan Makassar

Pada awal abad ke-16, di Sulawesi Selatan terdapat banyak kerajaan yang menurut Tome Pires jumlahnya ada 50 yang masih menganut berhala. Di antara kerajaan-kerajaan di Sulawesi yang terkenal adalah Kerajaan Gowa, Tab, Bone, Wajo, Soppeng, dan Kerajaan Luwu.

Penyebaran Islam di Makassar dirintis oleh para pedagang muslim dan Minangkabau, Johor, dan Melayu. Keterbukaan Raja Gowa dan Tallo mempercepat proses penyebaran Islam di Makassar.

Pada tahun 1605, Raja Gowa dan Raja Tallo masuk Islam, dan selanjutnya diikuti kerajaan-kerajaan lain, yaitu Wajo pada 1610, dan Bone pada tahun 1611. Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo lazim disebut Kerajaan Makassar. Raja

Makassar yang pertama adalah Sultan Alaudin (1591-1639), yang pengaruhnya sampai Sumbawa, Bima, Manado, Gorontalo, dan Tomini, kemudian Muhammad Said (1639-1653), dan dilanjutkan Sultan Hasanuddin (1654-1660).

Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara, berdiri sejak abad ke-13, dengan ibukota di Sampalu. Perkembangan agama Islam di Ternate sangat pesat setelah raja Ternate Zainal Abidin belajar Islam di Gresik.

Bahkan para kyai dan ulama di Gresik didatangkan ke Ternate untuk menjadi guru ngaji. Di samping itu juga mengirimkan para pemuda Ternate untuk belajar agama Islam di Gresik.

Kekayaan alam berupa. hasil rempah-rempah yang melimpah, telah membawa nama Ternate menjadi kerajaan Islam yang penting di Maluku. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemermtahan Sultan Baabullah, dengan wilayah kekuasaan sampai Filipina.

Kerajaan Tidore

Selain Kerajaan Ternate, di Maluku pada abad ke-13 juga terdapat Kerajaan Tidore, yang terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate, yaitu di Pulau Tidore.

Semula kedua kerajaan Islam tersebut bersatu, namun setelah masuknya bangsa asing, yaitu Portugis dan Spanyol, mereka tidak lagi bersatu. Kerajaan Ternate bersahabat dengan Portugis, dan Kerajaan Tidore bersahabat dengan Spanyol.

Pada perkembangan berikutnya, Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu kembali untuk mengusir Portugis dan Maluku, dan berhasil.

Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Luas wilayah Kerajaan Tidore hampir meliputi Pulau Seram, Pulau Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua.

Baca Juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *