9 Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum Lengkap

Posted on

9 Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum Lengkap

Hasil Budaya Zaman Mesolitikum – Zaman prasejarah dibagi menjadi dua, yaitu zaman batu atau litikum dan zaman logam. Ada pembagian lagi pada zaman prasejarah tersebut. misalnya pada zaman batu yang terbagi ke dalam 4 zaman, diantaranya Zaman Batu Tua (Paleothikum), Zaman Batu Tengah (Mesolithikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum). Dan di artikel ini kita akan membahas zaman mesolitikum secara lengkap.

9 Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum Lengkap

Hasil Kebudayaan Zaman Mesokitikum

Zaman ini dikenal dengan nama batu muda. Masa ini ada di 10.000 tahun jauh sebelum masehi dan sebelum ada kerajaan di Indonesia. Di zaman tersebut manusia pra sejarah yang sebelumnya hidup dengan berpindah tempat, sudah banyak menetap. Zaman mesolitikum adalah zaman peralihan dari Paleothikum ke Neolithikum. Tak jauh berbeda dengan zaman di masa kini, manusia melakukan pekerjaan sehari-harinya dengan cara berburu dan menangkap ikan. Seiring dengan hal yang baru ditetapkan itu, mereka pun mulai menetap di suatu tempat. Kebanyakan di Goa – Goa abris sous roche dan di Pantai kjokkenmoddinger. Mereka juga menemukan pekerjaan yang baru, yaitu bercocok tanam. Ada banyak juga peninggalan zaman prakarsa, karena banyaknya jenis manusia purba yang hidup di Indonesia kala itu.

Di setiap masanya pasti ada beberapa kebudayaan yang menjadi ciri khas di zaman itu, berikut kita akan membahas peninggalan budaya di zaman mesolitikum dengan penjelasannya lengkap. Diantaranya yaitu :

Toala

Hasil kebudayaan zaman mesolitikum yang satu ini adalah kebudayaan peninggalan zaman mesolitikum, yang melibatkan jasad mayat manusia yang telah meninggal. Kebudayaan ini dilakukan dengan cara mengubur mayat, yang telah meninggal di dalam Goa. Bila tulang mereka sudah mengering, maka akan diambil kembali untuk dijadikan kenang-kenangan oleh keluarga. Selain mengambil tulang, ada juga lukisan dan ukiran tentang pemburuan babi di dinding Goa. Kebudayaan ini berasal dari suku Toala yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Karena salah satu perubahan dari manusia di zaman mesolitikum, adalah menetap di Goa dan Pantai. Sehingga banyak peninggalan yang ditemukan di sana. Diantaranya yaitu :

  • Flake atau Alat serpih bergerigih dan hitam (Ditemukan di daerah Sulawesi Selatan)
  • Peralatan yang terbuat dari tulang (Tulang manusia yang meninggal tersebut)
  • Gerabah
  • Batu Penggiling (Digunakan untuk menggiling hasil panen)
  • Kulit hewan
  • Pebble

Arbis Sous Roche atau Tinggal dalam Goa

Seorang peneliti yang berasal dari Belanda yang bernama  Van Steil Callenfels, melakukan penelitian di daerah Ponorogo tepatnya di Goa Lawu. Dalam penelitian tersebut, ditemukan banyak peralatan yang dibuat dari tulang. Kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti lainnya di titik lainnya di wilayah Indonesia. Peralatan tersebut dapat dipastikan merupakan peninggalan sejarah dari hasil zaman mesolitikum. Terbukti dengan adanya timbunan dan usia dari peralatan tersebut, yang dilihat dari retakannya, pelapukan dan lain sebagainya.

Gunungan Sampah Pantai atau Kjokkenmoddinger

Hasil kebudayaan lainnya dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sana adalah kjokkenmoddinger. Manusia dari masa mesolitikum yang tinggal di tepian aliran air, memilih tempat itu karena tanahnya subur dan memiliki sumber air yang banyak. setiap peninggalan dari satu masa, atau satu kelompok dari makhluk hidup pasti akan meninggalkan jejak. Entah itu banyak atau sedikit jumlahnya tapi pasti ada.

Di zaman mesolitikum yang menempati pantai sebagai tempat tinggalnya, mereka juga meninggalkan tumpukan cangkang kerang dan siput di pantai tersebut. sebuah penelitian juga menemukan Kapak Genggam yang berbeda dengan kapak yang sering digunakan di zaman paleolitikum. Pada akhirnya kapak itu disebut dengan pebble. Ada juga jenis kapak lainnya yang ditemukan di tumpukan Kjokkenmoddinger, antara lain; Kapak pendek dan peralatan penggilingan yang di gunakan. Pebble itu sendiri terdiri dari batu kali yang sudah pecah, yang bisa dilihat dari sisi luarnya. Dan di bagian sisi dalamnya dikerjakan dan dibuat sesuai dengan kebutuhan dari manusia tersebut.

Kapak Sumatera

Sesuai dengan namanya kapak sumatera ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera. Kapak ini semacam kapak genggam, tetapi mempunyai bentuk yang berbeda dengan kapak di zaman paleolitikum. Kapak ini lebih banyak ditemukan di pesisir pantai dan ada di tempat tinggal manusia zaman mesolitikum. Kapak itu bisa disebut cangkul di zaman sekarang. Karena kegunaannya dapat dipakai untuk bercocok tanam. Pebble ini juga bisa digunakan untuk menghaluskan biji dan membuat bahan cat yang berwarna merah. Warna itu digunakan untuk memberi warna pada Goa tempat dikuburnya jasad. Selain itu kapak tersebut juga bisa dipakai untuk membunuh hewan buruan, menumbuk serat yang ada di pepohonan, dan menjadi senjata untuk melindungi mereka.

Pebble tersebut dibentuk dengan bahan dasar batu yaitu batu gamping. Bentuknya memanjang lalu diserpih sehingga menjadi tajam. Bentuk dari kapan sumatera ini beragam dan bergantung pada fungsinya. Bila kapak digunakan untuk melindungi diri dan menangkap hewan buruan, maka bentuknya memanjang dan juga runcing. Karena hal itu untuk melawan dan juga melukai lawan mereka. Tetapi bentuknya akan berbeda bila manusia di zaman itu menggunakannya untuk menghaluskan biji yang keras. bentuknya tidak perlu sampai meruncing. dan tentu berbeda lagi bila digunakan untuk bercocok tanam, kapak itu akan dibentuk menyerupai cangkul seperti di zaman sekarang.

Batu Pipisan

Hasil kebudayaan berikutnya dari zaman mesolitikum adalah batu pipisan. Batu ini bila dilihat bentuknya hampir sama dengan ulekan, yaitu alat untuk menghancurkan, menghaluskan, dan mencampur bumbu-bumbuan. Batu pipisan terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah tempat yang digunakan untuk menampung hasil dan tempat untuk mencampur dan menghaluskan bumbu biji – bijian tersebut. dan tempat yang kedua digunakan pada tangan, tujuannya untuk menghancurkan. Walaupun belum ada buktinya dan pernyataan yang terbuka mengenai batu ini, yang dimana memang terdapat pada zaman mesolitikum. Tapi ada beberapa pernyataan logika yang mendukung bahwa batu pipisan adalah peninggalan zaman mesolitikum. Antara lain sebagai berikut :

  • Terbentuk dari bahan dasar batu.
  • Merupakan alat penggiling yang menjadi salah satu alat yang digunakan untuk membentuk jamu entah dari tanaman atau biji-bijian.
  • Beberapa gambaran di dinding Goa dan juga Candi, yang memperlihatkan orang-orang yang sedang meramu dan menumbuk.

Kapak Pendek/ Hachecourt

Kapak ini bentuknya pendek dan kecil, lebih kecil dari kapak genggam. Ukurannya kira-kira ½ dari ukuran kapak genggam. Kapak tersebut berbentuk ½ lingkaran dan terdapat bagian yang runcing dan tajam di bagian lengkungannya. Kapak ini digunakan manusia di zaman mesolitikum untuk memotong buah, menggali tanah untuk mengambil makanan yang ada di dalam tanah seperti umbi-umbian. Kapak ini sering kali ditemukan di daerah Sumatera dan biasanya berada dengan kapak genggam yang ada di tumpukan Kjokkemoddinger.

Kebudayaan Bacson – Hoabinh

Kebudayaan ini jarang ditemukan di Indonesia, karena asalnya sendiri dari pusat kebudayaan mesolitikum yang ada di Kota Bacson dan Hoabinh atau Kota Indo Cina. Yang sampai saat ini disebut dengan nama Vietnam. Yang tak lama kemudian menyebar sampai ke Indonesia dan banyak ditemui di wilayah Timur Indonesia. Seiring dengan berpindahnya Papua Melanoisoid ke Indonesia.

Perpindahan Papua Melanoisoid itu sendiri pada awalnya datang ke Jawa dan Sumatera, lalu mereka tersingkirkan oleh Ras Melayu yang datang sesudahnya. Papua Melanoisoid kemudian pindah ke wilayah Timur Indonesia yang di mana di wilayah itu, sedang melangsungkan kebudayaah mesolitikum.

Kebudayaan Bacson – Hoabinh ini membentuk satu kapak dan tanduk yang berasal dari tulang manusia, yang sudah dicat merah dan tanduk binatang buruan yang dijadikan bahan makanan. Tulang dan tanduk ini diserpih lagi menjadi banyak bentuk yaitu Lonjong, Segi Empat, Segitiga, dan berbentuk berpinggang.

Mata Panah yang Bergerigi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa zaman mesolitikum adalah perpindahan dari masa Paleolithikum ke Neolithikum, sehingga hasil dari kebudayaan zaman mesolitikum masih ada di dalam kebiasaan dan kebudayaannya. Salah satunya yaitu berburu.

Mata panah merupakan salah satu objek dan alat yang paling penting yang digunakan oleh para pemburu. Bahkan pemburu di hutan zaman sekarang pun memerlukan ujung tombak panah yang digunakan untuk menghentikan pergerakan target lawan (binatang). Di zaman mesolitikum pun demikian, mereka menggunakan panah untuk berburu dan mencari mangsa. Untuk kelangsungan hidup untuk makan.

Ciri khas dari mata panah yang digunakan di zaman mesolitikum adalah terdapat gerigi di bagian ujungnya. Mata panah tersebut banyak digunakan dengan pebble atau kapak genggam yang banyak ditemukan oleh arkeolog, di Goa dan sampah pantai. Tujuan dari mata panah tersebut adalah untuk berburu, melumpuhkan dan juga menewaskan lawan serta target mangsanya.

Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)

Kebudayaan ini terbentuk karena adanya penelitian seorang Belanda yang bernama Van Steil Callenfels  yang menemukan satu Goa, yang bernama Goa Lewu. Di tempat itu, Van Steil Callenfels menemukan banyak peralatan yang terbentuk dari tulang manusia dengan tanda cat merah dan juga tanduk hewan. Tulang dengan tanda cat merah itu merupakan sinkron dari kebudayaan Toala yang ada di zaman mesolitikum. Yang dimana setiap orang yang meninggal akan dikubur di dalam Goa, yaitu tempat tinggal orang di zaman mesolitikum. Sehingga tulang itu kering dan diambil sebagai cindera mata atau kenang-kenangan oleh keluarganya.

Di dinding Goa pada masa itu dan tempat kuburan, terdapat gambar proses pemburuan babi dan cap 5 jari yang warnanya merah. Merah di zaman itu artinya kesedihan, kesusahan, berduka, dan mengalami sesuati hal yang tidak menyenangkan.

Demikian pembahasan tentang hasil budaya zaman mesolitikum yang lengkap dengan penjelasannya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang manusia purba pada zamannya masing-masing.

Baca Juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *