Perlawanan Maluku Terhadap VOC

Posted on

Perlawanan Maluku Terhadap VOC

Perlawanan Maluku TerhadapVOC – Pada saat Inggris berkuasa, Raffles mengadakan perubahan salah satunya yaitu membebaskan penduduk dari segala macam paksaan, seperti halnya mengurangi kerja rodi. Namun, ketika Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis di Ambon, kerja rodi mulai digiatkan kembali. Penduduk banyak dibebani dengan berbagai macam pajak, selain itu praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyat. Maka dari itu pada tahun 1635 muncullah perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC atau pemerintahan kolonial Belanda. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian berikut mengenai Perlawanan Maluku Terhadap VOC.

Penyebab Perlawanan Maluku Terhadap VOC

Datangnya Belanda ke Maluku membuat penduduk menjadi resah dan was-was. Mereka masih terbayang akan penderitaannya pada zaman VOC, ketika pemerintahan Hindia Belanda menindas rakyat Maluku. Pada saat itu rakyat Maluku diharuskan untuk menyerahkan hasil panennya, seperti ikan asin, dendeng, dan kopi. Selain itu rakyat juga dipaksa untuk melakukan kerja rodi dalam menebang kayu di hutan, membuat garam, serta membuat perkebunan pala.

Selain dari itu semua yang menyebabkan rakyat Maluku melakukan perlawanan terhadap VOC yaitu karena banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
Secara khusus penyebab kemarahan rakyat yaitu penolakan Residen Van Den Berg terhadap tuntutan rakyat agar membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga yang sebenarnya. Maka dari itu semua terjadilah perlawanan rakyat terhadap Belanda yang dipimpin oleh pimpinan Kaikali, Kapten Hitu.

Perlawanan meluas ke berbagai daerah yang mengakibatkan kedudukan VOC terancam. Akan tetapi untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, seorang kompeni menjanjikan akan memberikan hadiah yang besar bagi siapa saja yang berhasil membunuh Kaikali.

Proses Perlawanan

Setelah pimpinan Kaikali dapat dibunuh oleh penghianat, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku. Namun rakyat tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan kembali dipimpin oleh orang-orang Hitu dibawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan tersebut dapat dihentikan oleh Belanda pada tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul kembali perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi. Perlawanan tersebut dapat meluas ke daerah lainnya, seperti Maluku, Seram, dan Saparua. Selanjutnya karena mendapat perlawanan dari rakyat tersebut, pihak Belanda agak terdesak dan mencari balabantuan ke Batavia.

Bantuan datang pada bulan Juli 1655 di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom yang akhirnya terjadi pertempuran di Howamohel. Akibatnya pasukan rakyat terdesak dan Saidi tertangkap serta dihukum mati, maka dari itu patahlah perlawnan rakyat Maluku. Pada akhir abad ke-18 muncul kembali perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin, akan tetapi perlawanan tersebut dapat segera dipatahkan dan Sultan ditangkap kemudian diasingkan ke Sri Langka. Setelah itu muncul kembali perlawanan dari rakyat Maluku, akan tetapi lagi-lagi perlawanan rakyat tersebut berhasil di hentikan oleh Belanda.

Akhirnya pada tahun 1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan bersepakat untuk memilih Thomas Matulesi atau biasa dikenal dengan nama Pattimura agar memimpin perlawanan. Pemimpin lainnya yaitu Anthonie Rhebok, Said Perintah, Thomas Pattiwael, Ulupaha, dan Lucas Latumahina. Selain ke lima pemimpin tersebut terdapat juga seorang putri bernama Crhistina Martha Tiahahu yang juga turut serta dalam melawan Pemerintahan Belanda.

Tanggal 15 Mei 1827 pada malam hari, rakyat mulai bergerak dengan membakari kapal-kapal Belanda yang ada di pelabuhan Porto. Selanjutnya pasukan Pattimura mulai mengepung Benteng Duurstede dan berhasil menembak mati Residen Van den Berg. Keesokan harinya Pattimura dan rakyat berhasil merebut serta menduduki Benteng Duurstede.

Dari Saparua perlawanan meluas ke berbagai daerah dan pulau lainnya yaitu Seram, Haruku, Uring, Asilulu, Larike, dan Wakasihu. Karena merasa terdesak akhirnya Pemerintahan Belanda mendatangkan bala bantuan dari Ambon ke Haruku dan bermarkas di benteng Zeelandia. Akan tetapi raja Haruku dan raja daerah sekitarnya telah siap menghadapinya dan dikerahkan untuk menyerang benteng tersebut. Di Saparua terjadi pertempuran sengit yang mengakibatkan prajurit Belanda banyak yang tewas termasuk dari perwira mereka. Selanjutnya kemenangan Pattimura di Saparua berhasil memberikan semangat perjuangan di daerah lainnya.

Pada bulan Juli awal tahun 1817 Belanda mendatangkan bantuan ke Saparua untuk merebut benteng Duurstede, namun tidak berhasil. Selanjutnya Belanda mengajak pimpinan Maluku untuk berunding akan tetapi tidak membuahkan hasil yang mana malah menyulut pertempuran kembali. Pada akhir bulan Juli 1817 Belanda mendatangkan bantuan dan melepaskan tembakan meriam ke arah Benteng Duurstede, yang saat itu masih di duduki oleh pasukan Pattimura. Akhirnya pada bulan Agustus 1817, Belanda berhasil merebut kembali benteng tersebut, namun perang belum berakhir.

Akhir Perlawanan Rakyat Maluku

Pasukkan Pattimura tidak mau tinggal diam dan melanjutkan kembali perlawanan dengan perang gerilya. Pemerintah Belanda memberikan pengumuman akan menghadiahi siapa saja yang berhasil menangkap Pattimura. Akan tetapi, rakyat Maluku tidak mau menghianati perjuangan bangsanya itu. Kemudian Belanda tetap berusaha keras dalam menyelesaikan perang dalam waktu singkat. Belanda mengerahkan pasukkan secara besar-besaran dan pada bulan November 1817 berhasil menangkap Pattimura dan pemimpin-pemimpin lainnya. Pada akhirnya bulan Desember 1817 perlawanan padam dan Pattimura dihukum gantung di Ambon.

Uraian mengenai Perlawanan Maluku Terhadap VOC tersebut diatas mengajarkan kita betapa kerasnya perjuangan rakyat untuk mempertahankan bagian wilayah di Indonesia yang dulunya diduduki oleh Pemerintahan Belanda. Maka dari itu, semoga kita dapat mengambil hikmah dan mempelajarinya agar tidak melupakan perlawanan dari pahlawan tersebut. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan.

Baca juga:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *